Are you okay?

Karunia Ramadhan
3 min readJul 29, 2023

Di tulisan kali ini aku ingin berbagi hal kecil namun begitu amat berharga. Sebelum mendapatkan full time job, aku mengisi waktu luangku sebagai part time English teacher disalah satu kursus bahasa di daerah tempat tinggalku. Aku mengajar di kelas privat yang berisikan 3 orang siswa SMA.

Sebelum memulai kelas aku selalu menanyakan kabar siswaku. Apa yang mereka rasakan. Hal apa yang terjadi hari ini. Atau bahkan aku menanyakan kesiapan mereka untuk belajar di tengah cuaca panas. Yang sebagian besar orang akan memilih untuk berdiam diri di rumah, tidur siang atau bahkan sekedar beristirahat setelah melalukan aktivitas di pagi hari.

Hal ini aku lakukan untuk membantu siswaku belajar untuk lebih mengenal dan memahami diri mereka. Berita baiknya adalah sudah banyak platform yang memberikan edukasi mengenai kesehatan mental. Karena sejak kecil aku suka mendengarkan orang lain saat bercerita. Tak heran jika berada dalam sebuah percakapan aku akan sangat tertarik untuk terus memberikan pertanyaan.

Hari itu merupakan hari pertama setelah libur selama sebulan setelah Hari Raya Idul Fitri. Setelah bertukar cerita dan saling menanyakan kabar, aku melemparkan sebuah pertanyaan. “Hal apa yang ingin kalian katakan pada diri sendiri karena sudah bertahan dan berjuang sejauh ini?”

Dua siswaku memberikan jawab dan mengucapkan rasa terima kasih kepada diri sendiri karena telah berusaha, berjuang dan bertahan di kehidupan masing-masing. Saat mereka menjawab pertanyaanku, muncul raut wajah agak kaku dan merasa aneh. Sepertinya mereka belum pernah berbicara dengan diri sendiri untuk sekedar mengucap kata terima kasih atau bahkan memberi semangat kepada diri sendiri.

Setelah selesai mendengarkan jawaban dan cerita mereka, aku ucapkan terima kasih karena sudah berani jujur dan mengungkapkan isi hati di depan aku dan teman lainnya. Selain itu juga aku minta mereka untuk menceritakan pencapaian di pertengahan tahun 2023.

Mereka belajar untuk lebih memaknai setiap hal-hal kecil dalam hidup. Karena pencapaian tak harus hal besar. Kita wajib memberi apresiasi pada diri sekecil apa pun pencapaian tersebut.

Saat siswa terakhirku ingin menjawab pertanyaan tersebut. Dia seperti kesulitan untuk mengeluarkan sepatah kata. Hanya bisa tersenyum lebar. Dan tak lama setelahnya matanya seperti berkaca. Aku alihkan pembicaraan pada hal lain dan memberikan ruang kepada siswaku agar bisa mengatur nafas. Setelah aku tanya kenapa dia sulit untuk berbicara dan mengucap rasa terima kasih kepada dirinya sendiri. Apakah ada hal yang ingin disampaikan. Tetapi siswaku menjawab tidak ada sambil menggelengkan kepala. Kuhargai pilihannya untuk tidak memberi jawaban. Karna aku yakin akan ada waktu di mana orang-orang siap untuk bercerita.

Mungkin melalui tulisanku ini aku hanya ingin sampaikan. Tidak semua rumah memberikan kita kebebasan untuk menjadi diri sendiri. Menyuarakan isi hati dan pikiran. Mungkin selama ini kita jarang atau bahkan tidak pernah didengar. Sehingga merasa isi hati dan pikiran kita tidaklah penting. Merasa tidak ada yang mendengarkan.

Belajarlah untuk mulai berbicara hal baik pada diri sendiri. Memberi ucapan semangat dan terima kasih. Cause we only have ourselves at the end of the day. Penting untuk bersikap lembut pada diri sendiri. Jika merasa sulit untuk melakukan hal tersebut. Mulailah dari hal terkecil dan lakukan hal yang dirasa dapat menciptakan rasa aman dan nyaman. Perlu diingat bahwa hidup tak selalu memberikan apa yang kita mau. Saat hidup terasa seperti hantaman ombak dan derasnya hujan, rangkul dan peluk erat diri. Katakan “tak masalah ya jika diri ini merasa takut dan kacau, selalu percaya bahwa kita akan melewati keadaan ini, karna sebelumnya kita juga sudah berhasil melewati keadaan yang bahkan lebih sulit dan menyeramkan.”

Terima kasih ya sudah bertahan dan berjuang sejauh ini…

--

--